Langsung ke konten utama

Resume : Teori Belajar Behaviorisme

Berikut ialah resume mengenai teori belajar behaviorisme, semoga bermanfaat :)

A. Konsep Teori Belajar Behaviorisme



Konsep dari teori belajar behaviorisme ini yakni belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap oleh panca indera dengan kecendrerungan untuk bertindak / hubungan antara stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Perilaku manusia ditekankan pada aspek-aspek yang lebih mekanistis, perilaku diukur dari hal yang dapat diamati. Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.

B. Ciri-Ciri dari Teori Belajar Behaviorisme

Terdapat ciri-ciri yang sangat menonjol yang diperlihatkan oleh teori belajar behaviorisme ini dalam prakteknya, yakni :


  1. Mementingkan pengaruh lingkungan
  2. Mementingkan bagian-bagian kecil ( elementalistik )
  3. Mementingkan pembentukan respon.
  4. Bersifat mekanistik
  5. Menekankan pentingnya latihan
  6. Dalam pemecahan masalah, ciri khasnya “trial and error”.

C. Teori dan Tokoh dalam Teori Belajar Behaviorisme

1. Teori belajar koneksionisme dengan tokoh Edward Lee Thorndike.


Belajar dapat terjadi dengan dibentuknya hubungan yang kuat antara stimulus dan respons. Agar tercapai
hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta
melalui percobaan-percobaan ( trials ) dan kegagalankegagalan ( error ) terlebih dahulu.Berikut hukum dasar dari Thorndike adalah

1. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)

a. Bila seseorang telah siap melakukan sesuatu tingkah laku, dan memberi kepuasan baginya, maka ia tidak
melakukan tingkah laku lain.
b. Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, maka tidak dilakukannya tingkah laku itu akan
menimbul kekecewaan.
c. Bila seseorang belum siap melakukan tingkah laku maka dilaksanakannya tingkah laku tersebut akan
menimbulkan ketidak puasan.
d. Bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku maka tidak dilakukannya tingkah laku tersebut
akan menimbulkan kepuasan.

2. Hukum latihan ( the law of exercise )

Prinsip utama belajar adalah ulangan. Makin sering suatu pelajaran diulangi, makin dikuasailah pelajaran
tersebut, dan makin tidak pernah diulangi, pelajaran tersebut makin tidak dapat dikuasai.
Terdiri dari :
a. Hukum penggunaan ( “the law of use” ) > Dengan latihan berulang-ulang maka hubungan stimulus dan respons makin kuat.
b. Hukum tidak ada penggunaan ( “the law of disuse” ) > Bahwa hubungan antara stimulus dan respon melemah bila latihan dihentikan

3. Hukum akibat ( the law of effect )

Hubungan stimulus respon diperkuat bila akibatnya memuaskan dan diperlemah bila akibatnya tidak
memuaskan.

2. Teori belajar classical conditioning dengan tokoh Ivan Petrovich Pavlov.


Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
  1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan
  2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
  3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
  4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi. Dengan kata lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar air liur karena menerima atau bereaksi terhadap suara bunyi tertentu.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
  1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
  2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun
Demikianlah maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang diutamakan dalm teori ini adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis.
3. Teori belajar operant conditioning dengan tokoh Skinner.


Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuaensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengmukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

4. Konsep belajar sosial (social learning) dengan tokoh Albert Bandura



Teori belajar sosial menekankan, bahawa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secera kebetulan; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana yang dikutip oleh (Kardi, S., 1997: 14) bahawa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.

Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning). Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya kerana perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M. 1998a:4)

5. Watson



Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

6. Edwin Guthrie



Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

7. Teori Belajar Menurut Clark Hull


Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup.

Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

D. Implikasi dalam Pembelajaran dalam Teori Belajar Behaviorisme
  • Menentukan tujuan–tujuan instruksional
  • Menganalisis dan mengidentifikasi tingkah laku peserta didik
  • Menentukan materi pelajaran
  • Menyajikan materi
  • Memecah jadi bagian kecil 
  • Memberi stimulus
  • Mengamati dan mengkaji respon
  • Memberi penguatan
  • Memberi stimulus baru
  • Mengamati dan mengkaji
  • Memberi penguatan kembali
  • Pembelajaran berpusat pada guru
E. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan dari teori belajar ini ialah para peserta didik secara keseluruhan akan memiliki tingkat kemampuan yang sama karena sama sama mendapatkan bentuk materi, pengajaran, pelatihan dan banyaknya waktu dan intentsitas pertemuan (bentuk stimulus) yang sama, tingkat kemahiran peserta didik relatif seragam.


Sedangkan kekurangannya ialah peserta didik akan ketergantungan terhadap stimulus yang biasa diberikan, misalnya peserta didik sudah terbiasa belajar teori belajar dan pembelajaran bersama Bapak Dadang, namun suatu waktu belajar dengan dosen lain yang tidak senyaman bapak Dadang dalam menyampaikan materi maka siswa bisa jadi merasa jenuh dan bosan dan tidak banyak memperhatikan dosen tersebut, dan materi yang tersampaikan pun tidak akan semaksimal bapak Dadang menerangkan.

Sekian penjelasan dari saya, Terimakasih sudah membaca =)))

*********************************************************************************

Daftar Pustaka

http://zidandemak.blogspot.com/2011/12/teori-belajar-behavioristik.html
http://randhard.wordpress.com/ruang-admin/tugas-kuliah/teori-belajar-behavioristik-dan-penerapannya-dalam-pembelajaran/
http://sudutpsikologi.blogspot.com/2010/08/teori-pembelajaran-sosial-albert.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume : Teori Belajar Kognitif Gestalt

Setelah mempelajari teori belajar disiplin mental, dan behaviorisme selanjutnya akan dijelaskan mengenai teori belajar kognitif gestalt, selamat membaca :) A, Pengertian Kognitif  erat kaitannya dengan mental, yakni mempelajari proses mental, bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat dan belajar. Kemudian berhubungan pula dengan topik perhatian, persepsi, memori, bahasa, berpikir, dan membuat keputusan. Kognitif dapat dimaknai juga sebagai psikologi khusus pada pemahaman dan pengetahuan dalam mempelajari proses mental. Istilah ‘Gestalt’ sendiri merupakan istilah bahasa Jerman yang sukar dicari terjemahannya dalam bahasa-bahasa lain. Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu ‘form’, ‘shape’ (dalam bahasa Inggris) atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. Terjemahannya dalam bahasa Inggris pun bermacam-macam antara lain ‘shape psychology’, ‘configurationism’, ‘whole psychology’ dan sebagainya. Karena adanya kesimpangsiuran dalam penerjemahannya, akhir...

Teori Belajar Disiplin Mental

hmm.... Kesempatan kali ini saya akan mengulas tentang teori belajar disiplin mental, selamat membaca kawan :) A. Konsep Teori Belajar Disiplin Mental Teori belajar disiplin mental merupakan teori belajar yang telah berkembang sebelum abad ke-20. Teori belajar ini tidak berdasarkan eksperimen tapi berdasarkan hasil pemikiran yang idealis mengenai manusia. Teori belajar ini berasal dari Plato yang beranggapan bahwa setiap manusia mulai dari lahir memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tertentu. Dan menurut teori ini, belajar ialah penyeimbangan dari kekuatan, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki tiap manusia.. Jean Jacgues Rousseau yang menggangap anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar, anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak memiliki kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. (Asri Trianti, 2008: 5). Christian Wolff (167...

Taksonomi Bloom dan Permasalahan dalam Pendidikan

A. Taksonomi Bloom Dalam KBBI arti kata taksonomi itu klasifikasi bidang ilmu; kaidah dan prinsip yg meliputi pengklasifikasian objek. Klasifikasi berarti pengelompokkan. ada yang mengatakan taksonomi itu metode untuk membuat urutuan pemikiran dari tahap dasar kearah yang lebih tinggi. Ya intinya pengklasifikasian. Sedangkan Bloom sendiri ga ada arti katanya, melainkan Bloom itu ialah seseorang yang mencetuskan teorinya. Nama lengkapnya Benjamin S Bloom lahir di Lansford , Pennsylvania , 21 Februari 1913 – meninggal 13 September 1999 pada umur 86 tahun, adalah seorang psikolog pendidikan dari Amerika Serikat . B. Teori Taksonomi Bloom Ada 3 kawasan/ranah dalam teori yang beliau paparkan : 1. Kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar  2. Afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya 3. Psikomotor kawasan yang berkaita...